Aku ingin kembali berjalan – jalan di atas puisiku, menapaki jiwa yant terjal, menceritakan keinginan awan untuk merias bumi dengan hujan, mengabarkan berita dari langit bahwa ada ribuan bahkan jutaan keajaiban diatas sana, menjanjikan setiap tumpahan yang tak pernah menyesatkan
Aku yang tak pandai bicara tentang hiasan malam ingin mengungkap yang tak terungkap
Lagi… lagi…
Mulut enggan terbuka ingin menyimpan saja sketsa – sketsa tua
Aku yang selalu teringat janji dua manusia tak bisa berikan apa – apa atas yang terkataEngkau tahu,
Aku ini cuma gadis jalanan yang tak tahu arah tujuan, lupa arah pulang
Selalu kebingungan diantara celah kehidupan
Seperti anak kecil baru saja aku belajar merangkak
Mungkin perjalanan ragaku tak seindah isi kepalaku yang buatmu terkagum
Jangan bayangkan keindahan tentangku, jangan sepenuhnya rebahkan hatimu untukku
Aku yang tak tahu kamu, kamu yang belum mengerti aku
Biarkan ini biasa saja, cukup hindarkan dari mara bahaya
Aku tak mau kau disalahkan mereka, buatmu kecewa, jauh dari bahagia ketika mendekat padaku kelak karena aku bukan bahagia seperti pelangi, senja atau hujan…
Ayah.
Belum sempat kau ajari aku membuat bola – bola warna tentang bumi yang sesak aku tersingkir
Belum juga selesai kau ajari aku mengerjakan PR matematika tentang perkalian atau pembagian
Pantas saja jika aku bodoh,
Kau yang dulu sering mendongengkanku tentang kisah – kisah fabel, negeri – negeri.mimpi
Kenapa saat aku terlelap kau ikut terlelap?
Ayah,
Kenapa laki – laki tak suka bunga, boneka?
Laki – laki baik itu seperti apa?
Ah, aku cerewet sekali…
Kau lupa menyisipkan cerita drama percintaan tentang ibu, bukan cinta pertamamu
Kau lupa mengajariku bagaimana membahagiakan seorang lelaki, sepertimu?
Ayah, aku rindu?
Ayah, sebentar lagi bulan juni…
Habis itu bulan juli…
Ayah tahu,
TanggaL kelahiranku sama dengan tanggal kepulanganmu…
Semoga bulan juni nanti hujan masih turun, agar banyak malaikat yang turun mendoakan kita, ayah ikut turun ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar